Bunda pernahkah anda merasa 'anak saya kok lola amat ya dibandingkan dengan teman-temannya'.
Ini pernah saya alami. Dulu saat putri kami berumur tiga tahun, saya dan suami pernah mendenger semacam tempat belajar untuk nanak-anak usia dini yang sukses banget ngajarin anak membaca dan menulis. Penasaran dong, saya segera meluncur mencari tempat belajar yang kata orang-orang oke banget itu.
Tempatnya ada di ruko-ruko ternyata, di cat warna-warni nuansa anak-anak, terus sistem belajarnya seperti semi privat. Tapi yang membuat saya tertarik adalah tulisan yang tertempel di tembok yang menjadi kunci keberhasilan tempat ini mengajar anak-anak membaca. Jadi yang mereka lakukan adalah menumbuhkan minat membaca pada anak-anak, sehingga mereka nggak perlu susah-susah diajarkan membaca karena sudah ada keinginan dari diri sendiri untuk membaca. Kurang lebih seperti itulah yang saya tangkap.
Sebulan belajar memang sudah kelihatan kemajuannya, tapi semakin lama si kecil terlihat semakin enggan kalau di suruh berangkat. Apalagi waktu mendengar kabar, guru yang mengajarnya berhenti karena mau kuliah. Semenjak ganti guru, keinginannya untuk belajar semakin hilang. Kemajuannya lambat sekali, belum lagi dia mulai lari sana-sini nggak bisa duduk anteng di mejanya. Saya jadi ingat ucapan gurunya yang pertama "Bu si kecil ini sangat aktif, anaknya tidak bisa diam, karena itu kalau belajar saya harus mulai dari dia, kasih kegiatan yang dia suka dan mulai memberikan pelajaran atau tugas untuknya baru dia anteng". Oooohhh...hebat juga niy bu guru muda padahal belum lama pegang si kecil. Mungkin, mungkin loh ya guru keduanya tidak paham dengan sifat anak saya, atau tidak telaten karena dipegang olehnya justru jauh lebih lama dibandingkan guru pertamanya.
Perilaku si kecil yang semakin tidak kooperatif saat belajar disana, ditambah lagi si guru kedua ini seperti sengaja menunjukkan pada saya murid lain yang lebih kecil dan lebih pintar membaca, membuat saya mulai berpikir "hadeuh....anak saya kok oon ya" Sedihnya tuh di sini
Lalu bunda, tiba-tiba bimbel ini mengadakan tes IQ buat anak-anak mungil ini. Setelah membayar biaya tes IQ, akhirnya saya antarkan si kecil ikut tes. Sambil mikir kalau anak-anak yang tes IQ padahal banyak yang belum bisa baca tulis, mereka tuh pada ngerjain apaan ya...
Bubar tes si kecil langsung nyerocos, "ma tadi bukan bu guru tapi pak guru, dia bilang ke aku, niy pak guru kasih tugas ya....bla...bla...bla...." terus berkicau nggak berhenti-henti seperti biasanya.
Hasil tes IQ nya keluar seminggu atau dua minggu kemudian. Ternyata, IQ si kecil termasuk cerdas (amin sodarah sodarah), ada catatan penting yang akan jadi pegangan saya untuk mendidiknya. Si kecil memiliki gaya belajar kinestetis, mereka cenderung nggak bisa duduk tenang, dan biasa di kenal sebagai anak nakal...Olalalala....itu menjawab kegundahan saya selama ini. Anakku tidak bodoh, tidak juga nakal, cuma nggak bisa diem (dan ngeyel banget sekarang, cape berdebat dengan anak TK ini).
Setelah mendapat hasil tes itu, saya segera menghentikan lesnya di bimbel ini, sambil mencari TK yang tempat bermainnya memadai untuk menyalurkan energinya yang luar biasa (papanya sering bilang princess kuli).
Saya tidak akan memaksanya untuk bisa membaca secepatnya, saya hanya ingin dia bisa bermain dengan teman-temannya, belajar sesuai dengan kemampuannya dalam bersosialisasi dan dalam pelajaran. Bahkan saat gurunya menyarankan kami untuk mengajar anak-anak kami membaca di pertemuan orangtua murid, saya tidak mengerjakannya.
Sekarang ia sendiri yang suka mengambil buku dan mulai membaca sendiri. Tugas saya hanya mengajaknya ke toko buku membiarkannya membuka-buka buku dan memutuskan sendiri buku mana yang mau di beli (Biar nggak kedodoran di bawa ke lantai diskon dulu ya kak :P )
Nah Bunda ini ada tipe-tipe gaya belajar yang saya copas dari http://belajarpsikologi.com/macam-macam-gaya-belajar/
Semoga bermanfaat ya bunda...
Macam-Macam Gaya Belajar
Kita tidak bisa memaksakan seorang anak harus belajar dengan suasanan dan cara
yang kita inginkan karena masing masing anak memiliki tipe atau gaya belajar sendiri-sendiri.
Kemampuan anak dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung dari gaya
belajarnya.
Banyak anak menurun prestasi belajarnya disekolah karena dirumah anak
dipaksa belajar
tidak sesuai dengan gayanya. Anak akan mudah menguasai materi pelajaran dengan
menggunakan cara belajar mereka
masing-masing.
Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya
belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi.
Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu
dalam memproses informasi (perceptual modality).
Pengertian Gaya Belajar dan Macam-macam Gaya Belajar
1. VISUAL (Visual Learners)
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan
pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan
terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan
penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada
beberapa karakteristik yang khas bagai
orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama
adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk
mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang
kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup
terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima
terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran
secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata
atau ucapan.
- Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
- Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
- Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
- Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
- Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
- Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
- Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
2. AUDITORI (Auditory
Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan
pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti
ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi
atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa
mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini
adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk
tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu
:
- Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
- Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
- Cenderung banyak omong
- Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
- Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
- Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
- Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
3. KINESTETIK (Kinesthetic
Learners)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan
individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu
agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua
orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat
penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya
saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa
harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik
yaitu :
- Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar
- Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
- Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
- Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
- Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
- Menyukai praktek/ percobaan
- Menyukai permainan dan aktivitas fisik
Demikianlah macam-macam gaya belajar
mudah-mudahan dapat menjadi bahan acuan kita untuk menentukan cara belajar yang baik dan pas
untuk kita sehingga mampu menyerap pelajaran dengan baik. Nah sekarang mana
gaya belajar anda atau anak anda?