Sabtu, 11 Juli 2015

Anakku Bodoh?

Bunda pernahkah anda merasa 'anak saya kok lola amat ya dibandingkan dengan teman-temannya'.
Ini pernah saya alami. Dulu saat putri kami berumur tiga tahun, saya dan suami pernah mendenger semacam tempat belajar untuk nanak-anak usia dini yang sukses banget ngajarin anak membaca dan menulis. Penasaran dong, saya segera meluncur mencari tempat belajar yang kata orang-orang oke banget itu.

Tempatnya ada di ruko-ruko ternyata, di cat warna-warni nuansa anak-anak, terus sistem belajarnya seperti semi privat. Tapi yang membuat saya tertarik adalah tulisan yang tertempel di tembok yang menjadi kunci keberhasilan tempat ini mengajar anak-anak membaca. Jadi yang mereka lakukan adalah  menumbuhkan minat membaca pada anak-anak, sehingga mereka nggak perlu susah-susah diajarkan membaca karena sudah ada keinginan dari diri sendiri untuk membaca. Kurang lebih seperti itulah yang saya tangkap.

Sebulan belajar memang sudah kelihatan kemajuannya, tapi semakin lama si kecil terlihat semakin enggan kalau di suruh berangkat. Apalagi waktu mendengar kabar, guru yang mengajarnya berhenti karena mau kuliah. Semenjak ganti guru, keinginannya untuk belajar semakin hilang. Kemajuannya lambat sekali, belum lagi dia mulai lari sana-sini nggak bisa duduk anteng di mejanya. Saya jadi ingat ucapan gurunya yang pertama "Bu si kecil ini sangat aktif, anaknya tidak bisa diam, karena itu kalau belajar saya harus mulai dari dia, kasih kegiatan yang dia suka dan mulai memberikan pelajaran atau tugas untuknya baru dia anteng". Oooohhh...hebat juga niy bu guru muda padahal belum lama pegang si kecil. Mungkin, mungkin loh ya guru keduanya tidak paham dengan sifat anak saya, atau tidak telaten karena dipegang olehnya justru jauh lebih lama dibandingkan guru pertamanya.

Perilaku si kecil yang semakin tidak kooperatif saat belajar disana, ditambah lagi si guru kedua ini seperti sengaja menunjukkan pada saya murid lain yang lebih kecil dan lebih pintar membaca, membuat saya mulai berpikir "hadeuh....anak saya kok oon ya" Sedihnya tuh di sini 

Lalu bunda, tiba-tiba bimbel ini mengadakan tes IQ buat anak-anak mungil ini. Setelah membayar biaya tes IQ, akhirnya saya antarkan si kecil ikut tes. Sambil mikir kalau anak-anak yang tes IQ padahal banyak yang belum bisa baca tulis, mereka tuh pada ngerjain apaan ya...
Bubar tes si kecil langsung nyerocos, "ma tadi bukan bu guru tapi pak guru, dia bilang ke aku, niy pak guru kasih tugas ya....bla...bla...bla...." terus berkicau nggak berhenti-henti seperti biasanya.

Hasil tes IQ nya keluar seminggu atau dua minggu kemudian. Ternyata, IQ si kecil termasuk cerdas (amin sodarah sodarah), ada catatan penting yang akan jadi pegangan saya untuk mendidiknya. Si kecil memiliki gaya belajar kinestetis, mereka cenderung nggak bisa duduk tenang, dan biasa di kenal sebagai anak nakal...Olalalala....itu menjawab kegundahan saya selama ini. Anakku tidak bodoh, tidak juga nakal, cuma nggak bisa diem (dan ngeyel banget sekarang, cape berdebat dengan anak TK ini).

Setelah mendapat hasil tes itu, saya segera menghentikan lesnya di bimbel ini, sambil mencari TK yang tempat bermainnya memadai untuk menyalurkan energinya yang luar biasa (papanya sering bilang princess kuli).

Saya tidak akan memaksanya untuk bisa membaca secepatnya, saya hanya ingin dia bisa bermain dengan teman-temannya, belajar sesuai dengan kemampuannya dalam bersosialisasi dan dalam pelajaran. Bahkan saat gurunya menyarankan kami untuk mengajar anak-anak kami membaca di pertemuan orangtua murid, saya tidak mengerjakannya.

Sekarang ia sendiri yang suka mengambil buku dan mulai membaca sendiri. Tugas saya hanya mengajaknya ke toko buku membiarkannya membuka-buka buku dan memutuskan sendiri buku mana yang mau di beli (Biar nggak kedodoran di bawa ke lantai diskon dulu ya kak :P )

Nah Bunda ini ada tipe-tipe gaya belajar yang saya copas dari http://belajarpsikologi.com/macam-macam-gaya-belajar/
Semoga bermanfaat ya bunda...

Macam-Macam Gaya Belajar

Kita tidak bisa memaksakan seorang anak harus belajar dengan suasanan dan cara yang kita inginkan karena masing masing anak memiliki tipe atau gaya belajar sendiri-sendiri. Kemampuan anak dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung dari gaya belajarnya.
Banyak anak menurun prestasi belajarnya disekolah karena dirumah anak dipaksa belajar tidak sesuai dengan gayanya. Anak akan mudah menguasai materi pelajaran dengan menggunakan cara belajar mereka masing-masing.



Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality).

Pengertian Gaya Belajar dan Macam-macam Gaya Belajar

 1.   VISUAL (Visual Learners)

Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
  1. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
  2. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
  3. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
  4. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
  5. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
  6. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
  7. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
 2.     AUDITORI (Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu :
  1. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
  2. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
  3. Cenderung banyak omong
  4. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
  5. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
  6. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
  7. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya  anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
 3.  KINESTETIK (Kinesthetic Learners)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya  ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu :
  1. Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar
  2. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
  3. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
  4. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
  5. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
  6. Menyukai praktek/ percobaan
  7. Menyukai permainan dan aktivitas fisik
Demikianlah macam-macam gaya belajar mudah-mudahan dapat menjadi bahan acuan kita untuk menentukan cara belajar yang baik dan pas untuk kita sehingga mampu menyerap pelajaran dengan baik. Nah sekarang mana gaya belajar anda atau anak anda?

Senin, 06 Juli 2015

Cara Mengatasi Tumit Kering dan Pecah-pecah

Tumitmu kering dan pecah-pecah seperti sawah yang kekeringan di musim kemarau?
Ohhh......tenang saja saya punya solusinya, gitu kali ya kalau saya jadi penjual obat atau kosmetik perawatan tubuh.

Jadi cerita tumit pecah-pecah ini bermula saat saya lagi hunting flat shoes buat gantian sama si coklat crocks yang telah setia menemani langkah saya selama beberapa tahun ini. Belum rusak siy tapi kok ya modelnya udah nggak 'in' lagi, halah kebanyakan gaya. Alhasil pergilah saya cari sepatu ke emol, beberapa kali nemu model yang cocok tapi selalu no. 38 nya kosong, dasar nasib. Nah...pada saat nyobain-nyobain sepatu itulah saya sadar tumit saya kok kaya parutan kasar bingit, jadi malu sama mas-mas yag ngelayanin.

Berhubung di sana juga ada Hypermart maka saya langsung cuz beli EVOO di barisan minyak goreng. EVOO atau extra virgin olive oil ini sebenernya mau saya pakai buat dressings sayuran untuk raw kalau makan. Sebelumnya saya pakai EVOO punya suami yang dipakai buat ngerendem batu akik, tapi selalu pak hubby ini ngomong "abis ya ma? nggak apa-apa pakai aja, hitung-hitungannya belakangan aja". Entah serius entah bercanda tapi yang jelas saya kurang nyaman, bukan sama omongan si pak hubby siy, tapi karena wadahnya terbuat dari kaleng. Rasanya kok kurang higienis. 

Kebetulan ada diskon merk Filippo Berio, akhirnya saya ambil satu botol yang isinya 250 mL harganya nggak sampai 50ribu kalau nggak salah. Setelah browsing ternyata EVOO ini banyak sekali manfaatnya lho, salah satunya untuk melembabkan kulit. Nah berhubung tumit pecah-pecah, akhirnya saya coba mengoleskan EVOO.

Malam hari sebelum tidur, EVOO di oleskan pada tumit, dan ternyata.....sodarah-sodarah hasilnya keren banget. Pecah-pecahnya berkurang banyak dan lebih lembab, kalau standar saya siy ini udah sembuh nggak tau kalau orang lain. Pengalaman dulu pernah beli krim pelembab khusus untuk tumit pecah2 hasilnya yah gitu deh. Dibandingkan dengan EVOO jauh banget hasilnya.

Demikianlah sharing dari saya semoga bermanfaat :)