Minggu, 08 April 2018

Camping Keluarga (lagi) di Mandalawangi

Sebenarnya ini sudah pengalaman berkemah yang kesekian kalinya, hanya saja yang kemarin2 nggak sempat di tulis di blog.

Sebelumnya saya, suami, dan si kakak pernah camping hanya bertiga di Mandalawangi Cibodas. Pengalaman awal ini meninggalkan kesan baik yang membuat saya kangen ingin balik lagi kesini.

Puji Tuhan keinginan itu bisa terwujud juga. Awal April 2018 kami berenam bisa berangkat ke Mandalawangi.

Awalnya kakak ipar, kelihatan keberatan dengan tujuan camping yang saya usulkan. Maklum, sebelumnya kami punya pengalaman kurang enak saat saya ajak mereka camping di Sukamantri.
Waktu berkemah di Sukamantri, kami datang saat camping ground sudah penuh oleh siswa2 SMU juga TNI. Alhasil kita kebagian tempat nyempil seupil. Belum lagi salah belok saat perjalanan menuju camping ground tersebut, membuat kami harus lewat jalan berbatu yang jaraknya 2-3 kali lebih jauh dari jalan berbatu rute normalnya.

Si kakak ipar maunya camping ke Bandung lagi. Dalam pikiran saya langsung terbayang perjalanan panjang dan lammmmaaaa dan pegaaal dan lelaaaaah.
Akhirnya diputuskan kalau mereka ke Bandung kami tidak ikut, kami akan tetap berkemah ke Mandalawangi lagi. Akhirnya seperti di awal tadi mereka mengalah, dan kami berenam pergi juga kesana.

Kami berangkat dari Depok hari Minggu siang, sekitar jam 12.00 kami masuk pintu tol Cibinong. Perjalanan lancar jaya karena boleh dibilang minim sekali kendaraan menuju ke puncak. Kebetulan memang 4 hari sebelumnya ada berita yang menyebutkan kalau jalan dari gunung mas sampai Ciloto ditutup karena longsor. Namun pak suami sudah browsing kata beliau hari ini jalanan sudah dibuka khusus untuk kendaraan kecil.
Syukurlah ternyata memang sudah bisa dilalui meski dengan perasaan dag dig dug karena jalanan menyempit di beri pembatas beton.

Kami tiba di Mandalawangi sekitar jam 1 lewat disambut hujan dan perut keroncongan. Banyak orang yang baru keluar dari camping ground. Saya bilang pada pak Suami agar menunggu sebentar sampai hujan reda juga supaya semakin banyak yang pulang agar kami lebih bebas memilih lokasi kalau sudah sepi.

Sekitar jam 14.00 kami masuk dengan memakai jas hujan kresek yang kami beli di parkiran. Kalau di Depok jas hujan seperti ini harganya hanya 10rb tapi disini jadi 15rb. Yah namanya juga tempat wisata ya kebanyakan barang2 jadi mahal.

Minta bantuan poter untuk mengangkat barang bawaan, biasa kalau camping sama keluarga kan seperti pindahan.
Pak Suami lagi2 memilih blok damar.
Ditemani rintik hujan kami segera memasang tenda dan fly sheet.

Tenda kami berhadapan, kakak saya pakai Consina saya pakai great outdoor.


Setiap orang punya cara berbeda dalam memilih liburan. Beberapa teman sering mempertanyakan kenyamanan kami menghabiskan waktu liburan dengan berkemah. 'Ah gue dah sering camping jaman sekolah dan kuliah dah bosen sengsara' itu salah satu komentar yang kerap saya dengar. Sengsara camping saat muda normal alias lumrah, tapi kalau camping bareng keluarga dengan anak kecil dan balita ya jangan sengsara...
Makanya jangan heran bawaannya segambreng kaya orang pindahan, kalau ada yang bilang repot....ya tergantung mind setnya ya...(eaaaa.....mind set cuy).

Supaya anak nyaman saya bawa sleeping bag, kasur angin, dan bawa pompa juga (jaman sekarang pompa kan ringan jadi nggak perlu takut).
Makanan hari pertama kami beli dari warung nasi Padang Cibinong (bekelnya tetep beli), hari kedua kami buat sop bakso, telur kornet, pisang goreng (bawa pisang dari rumah) dan roti untuk camilan, jangan lupa teh juga kopi. Hari ketiga (Selasa) kami sarapan mie beres2 tenda lalu makan siang nasi goreng di warung sebelah tenda. Nggak sengsara kan....malah nikmaaaat sekali bisa makan bareng di udara terbuka.

Kalau orang camping senangnya ngobrol2 di malam hari, saya sih pengennya juga gitu, tapi mata ini nggak pernah bisa diajak kompromi, sebelum jam 9 malam pasti saya sudah terlelap, waduh penyakit banget deh.

Pengalaman pagi yang paling berkesan adalah nyanyian burung bersama munculnya sinar matahari pagi, nah ini momen favorit saya. Segera buka tenda dan rasakan sejuknya udara pegunungan.

Selanjutnya eksplor lingkungan sekitar banyak yang cantik cantik bisa dilihat disini. Bolak balik bersyukur dapat anugrah luar biasa bisa merasakan keindahan alam ciptaanNya.





Kalau si kakak fio paling suka main di sungai


Kata ibu pemilik warung, jam 11 malam biasanya sungai ramai karena banyak penduduk sekitar yang mancing lobster.....wow informasi baru.

Kalau pak suami senangnya tiduran di hamock, ngopi dan ngobrol di warung sama Abah.

Next time, mari pasang tenda di pinggir sungai untuk mancing lobster air tawar

Sabtu, 07 April 2018

Camping bareng Keluarga

Lupa bermula dari mana saya mendapatkan informasi tentang camping untuk keluarga, yang jelas sebelum rencana camping bareng keluarga terwujud saya sering browsing sana sini tentang manfaat dan tempat2 untuk camping. Setelah itu disosialisasikan ke suami, kakak,dan grup keluarga besar.

Sempat menunggu sekitar 2 tahun (wew sampai jamuran) biasa karena jadwal susah banget sinkron antara satu dengan lainnya.

Akhirnya 11 Agustus 2017 kami ada 4 keluarga berangkat juga ke Ranca Upas di Bandung Selatan. Dari Depok berangkat jam 10an malam, bisa dibayangin ngantuk luar biasa berusaha tetap terjaga menemani pak Suami nyetir.  Menurut Google Map waktu perjalanan 5 jam tapi kenyataannya kami butuh waktu sekitar 6 jam. Maklum rute baru, apalagi begitu sudah dekat, suasana gelap sekali belum lagi jalanan yang menanjak bikin pak Suami harus hati2.

Dan pengalaman pertama camping ini tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup.
Menurut perhitungan awal kami akan berangkat setelah magrib sampai sana diperkirakan tengah malam, karena khawatir tidak ada penyewaan tenda di tengah malam, akhirnya kami sepakat sewa tenda dari Depok.
Begitu sampai sana, angin dan udara dingin (serius dingin) langsung menyambut kedatangan kami, segera bongkar2 tenda sewaan. Tidak lama tenda berdiri pasang matras dan kasur Palembang (niat banget kaya orang lagi ngungsi), semua langsung masuk ke tendanya masing2.
Si Akong ketawa-ketawa katanya "tidur di rumah enak2 ini kok malah tidur kaya di mainan anak-anak". Ah Akong sabar dulu mungkin setelah ini Akong akan menemukan sesuatu yang berkesan.

Baru masuk tenda sebentar dan.......matahari terbit eaaaa, masih belum capek hilangnya.

Pagi hari baru terlihat jelas banyak sekali tenda yang sudah berdiri, dan sampai sore hari saya perhatikan masih banyak sekali orang datang untuk camping bareng keluarga. Sempat heran ternyata peminat camping keluarga banyak sekali ya....Ternyata oh ternyata jadwal kami camping berbarengan dengan jadwal camping K3I (Komunitas Kemah Keluarga Indonesia)

Bisa dibayangin dong kelompok berpengalaman dan kami 4 keluarga yang baru pertama kali camping. Mereka rata2 pasang tenda ukuran besar dengan tambahan fly sheet. Sementara tenda kami bener2 kaya tenda mainan anak, cuma single layer warna warni dengan ukuran standar  untuk 3 keluarga dan ukuran kecil untuk keluarga saya T.T   Kenapa keluarga saya dapet ukuran yang  berbeda? Jadi ceritanya begitu ada rencana mau camping, seorang sepupu suami meminjamkan tenda. Waktu di coba di ruang tamu si tenda kelihatan besar, begitu di pasang di lapangan OMG imut banget. Alhasil saya suami dan kakak umpek2an di dalam tenda.
Terus apalagi perbedaannya? Persiapan makanan. Kok tau, ya iyalah kan kami tetanggaan dengan mereka, toples2 Tupperware aneka warna dan aneka isi (sebenernya penasaran banget pengen tau isinya biar lain kali kalau camping bisa nyontek cara mereka) lengkap dengan meja makan lipatnya.
Pastinya persiapan yang lengkap itu tentu saja bertujuan agar anak2 nyaman. Kemah sengsara cukup untuk bapak sama ibu aja jaman muda, kalau bareng anak2 tujuannya kan lebih ke tamasya keluarga dan mengenal alam, jadi kesejahteraan anak harus tetap terjaga. Setuju ibu ibu ya....
Untuk persiapan makan, kami membawa  lumayan banyak, setiap keluarga kalau bawa makanan hitungannya dikali 4, jadi boleh dibilang persiapan makanan berlebih. Ini juga nggak baik siy karena kurang komunikasi jadi bawaannya tambah ribet tapi nggak kepakai. Tapi seperti emak2 yang sayang anak pasti mikirnya 'daripada kurang'

Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan disana? Kayaknya kalau browsing sana sini sudah jelas banget, saya hanya ingin menambahkan dengan camping bareng, waktu ngobrol bareng keluarga jauuuuuuuuuh lebih panjang. Dan kita makan bareng terus 😁
Satu hal yang perlu diperhatikan kalau ke Ranca Upas adalah hawa dinginnya, kalau nggak kuat dingin seperti saya sebaiknya siang hari pakai kaos lengan panjang, jadi meski matahari terik tapi anginnya kencang dan dingin. Dan jangan lupa untuk ibu ibu yang suka masuk angin bawa koyo ya...tempel dipusat biar perut nggak kembung ☺

Berikut beberapa fotonya