Sebelumnya saya, suami, dan si kakak pernah camping hanya bertiga di Mandalawangi Cibodas. Pengalaman awal ini meninggalkan kesan baik yang membuat saya kangen ingin balik lagi kesini.
Puji Tuhan keinginan itu bisa terwujud juga. Awal April 2018 kami berenam bisa berangkat ke Mandalawangi.
Awalnya kakak ipar, kelihatan keberatan dengan tujuan camping yang saya usulkan. Maklum, sebelumnya kami punya pengalaman kurang enak saat saya ajak mereka camping di Sukamantri.
Waktu berkemah di Sukamantri, kami datang saat camping ground sudah penuh oleh siswa2 SMU juga TNI. Alhasil kita kebagian tempat nyempil seupil. Belum lagi salah belok saat perjalanan menuju camping ground tersebut, membuat kami harus lewat jalan berbatu yang jaraknya 2-3 kali lebih jauh dari jalan berbatu rute normalnya.
Si kakak ipar maunya camping ke Bandung lagi. Dalam pikiran saya langsung terbayang perjalanan panjang dan lammmmaaaa dan pegaaal dan lelaaaaah.
Akhirnya diputuskan kalau mereka ke Bandung kami tidak ikut, kami akan tetap berkemah ke Mandalawangi lagi. Akhirnya seperti di awal tadi mereka mengalah, dan kami berenam pergi juga kesana.
Kami berangkat dari Depok hari Minggu siang, sekitar jam 12.00 kami masuk pintu tol Cibinong. Perjalanan lancar jaya karena boleh dibilang minim sekali kendaraan menuju ke puncak. Kebetulan memang 4 hari sebelumnya ada berita yang menyebutkan kalau jalan dari gunung mas sampai Ciloto ditutup karena longsor. Namun pak suami sudah browsing kata beliau hari ini jalanan sudah dibuka khusus untuk kendaraan kecil.
Syukurlah ternyata memang sudah bisa dilalui meski dengan perasaan dag dig dug karena jalanan menyempit di beri pembatas beton.
Kami tiba di Mandalawangi sekitar jam 1 lewat disambut hujan dan perut keroncongan. Banyak orang yang baru keluar dari camping ground. Saya bilang pada pak Suami agar menunggu sebentar sampai hujan reda juga supaya semakin banyak yang pulang agar kami lebih bebas memilih lokasi kalau sudah sepi.
Sekitar jam 14.00 kami masuk dengan memakai jas hujan kresek yang kami beli di parkiran. Kalau di Depok jas hujan seperti ini harganya hanya 10rb tapi disini jadi 15rb. Yah namanya juga tempat wisata ya kebanyakan barang2 jadi mahal.
Minta bantuan poter untuk mengangkat barang bawaan, biasa kalau camping sama keluarga kan seperti pindahan.
Pak Suami lagi2 memilih blok damar.
Ditemani rintik hujan kami segera memasang tenda dan fly sheet.
Tenda kami berhadapan, kakak saya pakai Consina saya pakai great outdoor. |
Setiap orang punya cara berbeda dalam memilih liburan. Beberapa teman sering mempertanyakan kenyamanan kami menghabiskan waktu liburan dengan berkemah. 'Ah gue dah sering camping jaman sekolah dan kuliah dah bosen sengsara' itu salah satu komentar yang kerap saya dengar. Sengsara camping saat muda normal alias lumrah, tapi kalau camping bareng keluarga dengan anak kecil dan balita ya jangan sengsara...
Makanya jangan heran bawaannya segambreng kaya orang pindahan, kalau ada yang bilang repot....ya tergantung mind setnya ya...(eaaaa.....mind set cuy).
Supaya anak nyaman saya bawa sleeping bag, kasur angin, dan bawa pompa juga (jaman sekarang pompa kan ringan jadi nggak perlu takut).
Makanan hari pertama kami beli dari warung nasi Padang Cibinong (bekelnya tetep beli), hari kedua kami buat sop bakso, telur kornet, pisang goreng (bawa pisang dari rumah) dan roti untuk camilan, jangan lupa teh juga kopi. Hari ketiga (Selasa) kami sarapan mie beres2 tenda lalu makan siang nasi goreng di warung sebelah tenda. Nggak sengsara kan....malah nikmaaaat sekali bisa makan bareng di udara terbuka.
Kalau orang camping senangnya ngobrol2 di malam hari, saya sih pengennya juga gitu, tapi mata ini nggak pernah bisa diajak kompromi, sebelum jam 9 malam pasti saya sudah terlelap, waduh penyakit banget deh.
Pengalaman pagi yang paling berkesan adalah nyanyian burung bersama munculnya sinar matahari pagi, nah ini momen favorit saya. Segera buka tenda dan rasakan sejuknya udara pegunungan.
Selanjutnya eksplor lingkungan sekitar banyak yang cantik cantik bisa dilihat disini. Bolak balik bersyukur dapat anugrah luar biasa bisa merasakan keindahan alam ciptaanNya.
Kalau si kakak fio paling suka main di sungai
Kata ibu pemilik warung, jam 11 malam biasanya sungai ramai karena banyak penduduk sekitar yang mancing lobster.....wow informasi baru.
Kalau pak suami senangnya tiduran di hamock, ngopi dan ngobrol di warung sama Abah.
Next time, mari pasang tenda di pinggir sungai untuk mancing lobster air tawar