Kamis, 12 Maret 2015

Belajar Membuat Pie Flanel

Saya mau berbagi pengalaman dari salah satu hobby saya mengutak atik kain flanel. Kali ini yang berhasil saya dokumentasikan adalah belajar bagaimana cara membuat pie dari kain flanel.

Bahan yang diperlukan:
  1. Kain flanel 3 warna
  2. Pola lingkaran (ukurannya disesuaikan,  tergantung seberapa besar pie yang kita inginkan)
  3. Jarum
  4. Benang jahit
  5. Dakron
Cara membuatnya ikuti langkah-langkah pada gambar berikut ya

Ambil 1 warna kain flanel lalu jahit jelujur sekeliling lingkaran. Ini nanti dipakai sebagai isi pie.

Isi dengan dakron

Tarik benang jelujur, lalu matikan jahitan.

Jadinya seperti ini ya

Tempelkan isi pie pada kulit pie yang pertama, saya memakai lem UHU.

Tumpuk dengan lapisan kulit pie yang kedua, lalu jahit jelujur lagi keduanya.

Tarik benang jelujuran matikan, hasilnya akan seperti ini.

Hias dengan toping, flanel jadi deh mini pie flanel.

Kuret dengan BPJS

Periksa pertama kali ke dokter untuk kehamilan kedua ini boleh di bilang banyak kagetnya. Karena ini pertama kalinya saya tau ada kista di ovarium saya dan ukurannya 12,5 cm. Kabar berikutnya posisi calon dede bayinya yang terlalu ke bawah beresiko mudah keguguran. Kabar gembiranya kok jadi banyak was-wasnya hu...hu...hu...

Setelah 12 minggu kehamilan ternyata betul juga, tiba-tiba di hari Rabu pagi perut bagian bawah terasa sakit nyeri. Lalu perut mulai mengalami kontraksi secara teratur, sebentar sakitnya datang sebentar kemudian hilang. Selanjutnya terjadi flek dan akhirnya disore hari mulai banyak darah yang keluar.

Suami segera membawa saya ke IGD, sambil menunggu kedatangan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, saya dicek oleh bidan. Ibu bidan juga mencari detak jantung dede bayi pakai alat yang ribut banget sampai pusing dengernya. Lama alatnya tuh muter-muter tetap saja suara detak jantung dede bayi nggak kedengeran...Perasaan nggak enak sudah mulai menghantui saya.

Menjelang magrib saya di bawa ke poli Kebidanan dan Kandungan, di usg sekaligus diperiksa transvaginal (itu kata dokternya kalau nggak salah denger). Dokternya nggak yakin dengan hasil usgnya, katanya mungkin janinnya tidak berkembang harus dikuret, mungkin ibu hamil anggur. Karena masih banyak mungkinnya akhirnya saya disuruh pulang untuk cek lagi minggu depan. Sebelumnya dokternya sempet tanya sama suster "pasien bpjs ya?"

Setelah pulang sakit perutnya nggak juga berkurang. Ya iyalah...nggak dikasih obat dan anjuran disuruh ngapain (sempet mikir apa gara-gara saya pakai bpjs jadi nggak ada perlakuan yang jelas atau memang harus begitu). Pendarahanpun terus berlanjut...hiks...sakitnya T_T
Mau bangun dari tempat tidur aja susah apalagi mikir mau ke dokter lagi.

Akhirnya setelah pendarahan hampir seminggu, kami putuskan periksa ke dokter lain. Betul seperti dugaan awal vonis kuret dari dokter datang juga. Awalnya bingung, mau pakai jaminan kantor atau bpjs. Kalau pakai bpjs takut dapat perlakuan 'diskriminasi'. Kalau pakai jaminan kantor takut melebihi plafon nanti jadi punya hutang.

Setelah mikir beberapa menit (ha..ha...nggak pake lama lah) akhirnya pilih bpjs saja. 
Rencana mau kuret hari itu jadi diundur dulu satu hari, kebetulan pendarahannya sudah tidak banyak. Saya pulang menyiapkan barang yang harus di bawa sedangkan suami pergi ke klinik untuk minta surat rujukan.

Mengingat pengalaman operasi Sc dulu maka saya menyiapkan sarung, kemeja kancing depan, beberapa celana yang sudah dipasangi pembalut, dan pembalut cadangan. 
Surat rujukan dokter klinik, 2 lembar fotocopy KTP, 2 lembar fotocopy KK, dan 2 lembar fotocoy kartu bpjas.

Jam 6.30 WIB saya dan suami masuk ke rumah sakit, setelah mengisi data dan tanda tangan ini itu, pasang infus, dimasukin obat sikote apa sitoke ya lupa euuuy...saya dibawa ke ruang rawat inap, menunggu antrian. Kebetulan hari itu ada tiga operasi SC yang harus ditangani dokter. Jam 10.00 WIB saya mulai masuk ruangan, jam 10.30 WIB kuret dilaksanakan. Ternyata saya dibius total. Syukurlah...ini agak menghibur, karena sebenarnya saya takut sekali karena sering mendengar cerita teman tentang betapa sakitnya proses kuret. Jam 11.00 WIB perawatnya membangunkan saya bahwa proses kuret sudah selesai. 

Dokternya dengan ramah menjelaskan bahwa kuret sudah berhasil, saya boleh pulang sore ini, tapi sebelum pulang jangan lupa ambil kain kasa yang ada di dalam vagina. 
Agak molor sedikit sekitar jam 19.00 WIB perawat mengecek keadaan saya lagi, kemudian 30 menit kemudian baru kain kasa diambil. Menjelang jam 9 malam, suami dipersilakan ke kasir untuk menyelesaikan administrasi.

Ternyata kami hanya membayar 65rb untuk obat sikote yang tidak di cover bpjs, yang lainnya sudah di cover bpjs.

Saya sangat bersyukur sekali ada bpjs, tapi juga berharap semoga dokter2 yang melayani pasien bpjs juga tidak dipersulit untuk mengklaim biaya pasiennya. Semoga ya suatu saat nanti bpjs tidak hanya membuat pasien senang tapi dokter2 juga senang :)

Selasa, 10 Maret 2015

Membuat Mie Telur Sendiri

Beberapa waktu lalu saya sempat membuat mie telur sendiri dengan bahan yang simpel banget, cara membuatnya pun simpel, dan yang paling penting dijamin sehat karena tidak menggunakan bahan aditif sama sekali. Pokoknya mie buatan saya ini bebas Msg alias vetsin.

Setelah browsing sana-sini mencari resep mie telur buatan sendiri, ternyata banyak yang sudah buat dengan komposisi yang berbeda-beda. Akhirnya saya coba buat sendiri sesuai kebutuhan. Ini dia bahan yang saya pakai.

Bahan Mie Telur:
1.  500 g tepung terigu (waktu itu pakai merk segitiga biru)
2.  2 sdm tepung sagu 
3.  4 butir telur
4.  Garam secukupnya

Cara Membuat:
  1. Campur semua bahan lalu uleni hingga tercampur rata. Karena pernah lihat di televisi adonan mie itu cenderung lebih kering dari adonan kalis (kaya buat donut) maka saya tidak menambahkan air.
  2. Adonan dibuat menjadi beberapa gumpalan. Di buat sekepel-kepel tangan (haiya apa ya bahasa yang tepat).
  3. Giling adonan dengan ketebalan no. 5, lakukan sampai habis, jangan lupa ditaburkan tepung setelah adonan digiling.
  4. Giling lagi setiap adonan dengan ketebalan no.1, lakukan sampai habis, jangan lupa juga adonan dibedakin tepung ya mom...
  5. Giling adonan dengan gilingan bentuk mie

Hasilnya seperti ini




Setelah membuat toping ayam, minyak bawang, kuah kaldu, tambah sawi, dan saos jadilah mie ayam buatan sendiri. Tapi karena ada saosnya, msgnya tetap hadir juga ya....
Ah...sudahlah setidaknya bisa mengurangi jumlah msgnya (menghibur diri)
 

Yang mau mencoba jangan ragu ya....nggak susah buatnya :)

Senin, 09 Maret 2015

Menginap di Taman Wisata Matahari

Ahaiiii....akhirnya punya blog lagi, setelah buat beberapa blog dan lupa password or idnya jadi nggak bisa dibuka #tepok jidat, ketahuan banget nggak niatnya.
Kebetulan karena lagi bed rest nggak bisa gerak-gerak daripada bete mending nulis blog aja dan semoga yang ini langgeng.

Cerita acara keluarga bulan Desember 2014, karena nggak bisa mudik bareng mama akhirnya pilih tempat yang lebih dekat untuk melepas penat. Tempatnya yang asyik buat fio main itu syarat utamanya.

Dengan pertimbangan lokasi yang tidak begitu jauh dari Depok, harga yang masih normal, dan tempat main yang banyak akhirnya dipilih deh Taman Wisata Matahari. Kalau nggak salah biaya menginap semalam 375rb buat bertiga termasuk sarapan pagi.

Sebetulnya ada beberapa pilihan tempat menginap disana, ada rumah bambu, rumah manado, rumah apa lagi ya... (coz yang diingat dan dilihat cuma dua itu). Biaya menginapnya beda-beda, tapi waktu booking via telp mba-mbanya mengarahkan kami untuk sewa hotelnya aja karena pemandangannya bagus katanya.

Sampai disana memang view dari hotelnya lumayan bagus. Hotelnya standar lah.....kalau kami siy merasa puas. Mami dan si Om yang kelihatan bete karena kata mereka kamar mandinya bau. Hiii...hiii....

Pertama dateng karena hujan dah sudah jam 11, kami cuma menghabiskan waktu makan di mobil sambil menunggu waktu cek in. Setelah cek in jam satu siang , fio ribut minta berenang. Akhirnya kita berenang  di waterboomnya yang nggak jauh dari hotel bayarnya 40rb/orang. Waterboomnya nggak terlalu besar tapi lumayan seneng juga ada kolam ombak, terus seluncuran yang tinggi banget itu. Meski di kolam kecil airnya agak hijau, tapi lumayan lah...

Sore habis mandi kita keluar cari bubur Cianjur di pinggir jalan Puncak. Sementara yang tuir2 asyik makan fio rewel coz ngantuk dan kecapean. Akhirnya rencana pergi ke Puncak Pass dan cari jagung bakar jadi gagal.

Pagi hari sebelum mandi kita (hu...hu....jorok amat) ceritanya kita mau joging tapi yang ada malah selfi2an nggak jelas.

Abis mandi dapet sarapan sekitar jam setengah delapan. Lalu acara keluarganya berubah jadi acara sendiri-sendiri. Yang satu kesana yang lain kesini dan kesitu. Saya karena pengen tau keseluruhan isi Taman Matahari, jadi naik mobil-mobil yang  di modif jadi bentuk binatang, bayarnya 10rb/orang. Kami ngumpul lagi di hotel jam setengah dua belas di hotel dan akhirnya meninggalkan Taman Matahari buat berkuliner ria ke Bogor.

Ini beberapa foto yang sempet saya ambil.


Sungai yang biasa dipakai untuk berarung jeram

Jembatan menuju taman yang ada patung naganya

Ada taman yang banyak patung binatang-binatang

Kalau nggak salah ini tempat belajar nanam padi

Yang hijau ini tangga menuju hotel.
Hadeuh karena satu dan alasan lainnya (a.k.a gaptek) beberapa foto tidak berhasil di up load, maaf ya